“Aku dapat surat cinta,” Sonya berucap
dengan bangga seraya menunjukkan sebuah amplop warna pink yang wanginya minta
ampun.
Kami langsung ber-huuuu.
“Dari siapa?” tanyaku penuh selidik.
Well, tentu aja aku penasaran bukan maen karena di antara kami berlima, aku dan
Sonya-lah yang terkenal dengan sebuatan ‘nggak laku’. Yup, kami jomblo abadi.
Aku belum pernah punya pacar, Sonya juga. Olla udah punya Ronald. Fifi sedang
jomblo juga, tapi ia baru putus dengan Rendy sekitar 3 bulan yang lalu.
Sementara Jihan, wuih, dia yang paling sering gonta-ganti cowok! Semua cowok
yang pernah dekat dengan dia, paling Cuma bisa bertahan selama kurang dari 2
bulan. Gimana enggak kabur cowoknya, lawong Jihan kerjaannya komplain melulu.
Mana ada cowok yang tahan kalo saban hari di omelin terus? She always complains about everything! Baju, sepatu, dandanan,
makanan, kebiasaan, apa aja deh!
“Iri ya kalo ada yang cinta sama aku?”
Sonya menatap ke arahku dengan senyuman licik. Sialan!
“Kita lihat aja siapa yang bakal jadi
jomblo selamanya. Haha, nih baca aja sendiri biar kamu makin sakit hati,”
ucapnya lagi seraya menyodorkan surat tersebut. Aku meraihnya dengan tak sabar.
Gemess!
Surat itu berisi sebuah puisi cinta yang
ditulis tangan dengan rapi. Tak ada nama terang. Hanya tertulis : dari yang
selalu mencintaimu sampai mati.
Bah!
“Nggak ada namanya?” tanya Fifi yang
ternyata ikut membaca surat di tanganku.
“Dari
Aries,” jawab Sonya dengan penuh kebanggaan. Sumpah, dia makin bangga sekarang!
“Aries? Maksudmu, ketua klub basket ituuuuu?
Yang ganteng ituuuuuuu? Yang jadi primadona ituuuuuuuu...?” Olla nyerocos.
Sonya manggut-manggut dengan senyum
licik.
“Astaga, ini nggak mungkin,” ucapku.
Sonya tertawa, tawa yang dibuat-buat.
“kenapa, Ki? Kayaknya kamu deh yang
bakal jadi jomblo sejati. Aih, aku seneng banget karena cowok macam Aries
akhirnya kepincut sama diriku yang cantik ini,”
Aku mencibir.
“Dia pasti salah lihat kalo sampek jatuh
cinta sama kamu,” ucapku.
“Salah apanya? Kami sama-sama punya hobi
yang sama ‘kan? Dia jago basket, aku juga. Wah, kayaknya kita bakal jadi
pasangan yang serasi nih,”
Jihan merebut surat dari tanganku.
“Yah, jelek banget sih tulisannya,”
ucapnya.
“Astaga, kertasnya juga kualitas jelek.
Dia pasti beli di toko eceran. Puisinya juga jelek, kampungan lagi. Aroma
kertasnya, aduh, bikin pusing deh.”
Kami mendesah, mulai lagi deh miss
komplain...
“Di sini nggak ada namanya, gimana kamu
bisa tahu kalo ini dari Aries?” pertanyaan Jihan membuat kami saling menatap.
“Dari Bayu,” jawab Sonya.
Kami kembali berpandangan.
“Maksudnya, surat ini dari Aries apa
dari Bayu?”
“Bayu yang ngasihkan surat ini ke aku,
dia bilang, itu titipan dari Aries, gitu,” Sonya kembali menjelaskan. Kami
manggut-manggut.
Dan rasa iriku padanya makin menggunung
karena hampir setiap hari, Aries selalu ngirimin surat-suratnya lagi. Surat
beramplop biru, wangi, bertuliskan puisi-puisi cinta khusus buat Sonya.
Aih, bikin frustasi!
***
Siang
itu, waktu pulang sekolah, aku, Jihan, Fifi dan Olla sedang ngobrol di depan
pintu gerbang ketika Bayu menghampiri kami.
“Eh, Sonya mana?” ia langsung bertanya.
Aku menatapnya dengan tatapan berkilat-kilat. Astaga, dia ‘kan nggak salah ya?
Tapi begitu aku ingat kalo ia kesini cuma
ngasih titipan surat dari Aries buat Sonya, dongkol deh hatiku.
“Kenapa? Mau ngasih surat lagi?”
tanyaku. Bayu mengangguk.
“Sonya masih di lapangan basket. Nih
kami juga lagi nungguin dia kok. Bentar lagi juga keluar,” ucap Fifi.
“Ya udah deh, nitip ke kalian aja ya.
Tolong nanti kasihkan ke dia,” Bayu meraih amplop dari tasnya lalu
menyodorkannya ke arah kami. Aku langsung menyambarnya.
“Yakin ini dari Aries?” aku memastikan.
Bayu mengangguk lalu beranjak meninggalkan kami, pulang bersama rekan-rekannya.
Dan tak berapa lama kemudian, Sonya muncul dengan senyumnya yang sumringah,
cerah, seolah-olah ada lampu neon 100 watt tepat di atas kepalanya!
“Nih,” aku menyodorkan surat itu ke
arahnya. Kedua mata Sonya langsung berbinar-binar. Ia memeluk erat surat itu ke
dadanya.
“Ya, ya, anggap aja itu harta karun yang
paling berharga,” sindirku. Sonya tak menggubris. Ia hanya senyam-senyum kayak
orang senewen!
Ah, kalo ternyata cinta bisa bikin orang
senewen kayak dia, aku ogah jatuh cinta!
“Hai, kok pada belum pulang sih?”
Seketika kami menoleh ke arah datangnya
suara tersebut. Dan, Aries sudah berada di dekat kami, dengan senyum manisnya.
“Eh, Aries?” Sonya menyapa gugup. Aries
tersenyum.
“Suratnya udah diterima ya?” tanyanya.
Muka Sonya langsung bersemu merah.
Perlahan ia mengangguk dengan senyum malu-malu.
“Tadi aku dapat pesen, katanya ntar sore
dia mau maen ke rumahmu,” ucap Aries lagi. Kami mendongak, ke arahnya, heran.
Sonya juga.
“Dia ... siapa?” ia bertanya duluan.
“Jongky,” jawab Aries.
“Emang ... kenapa dengan Jongky?” Sonya
kembali bertanya.
“Lah, surat yang kamu terima ‘kan dari
dia,” jawab Aries enteng.
Apppaaa!! Kami membelalak. Sonya juga.
“Sebenarnya surat itu dititipin ke aku
supaya di kasihkan ke kamu. Dia bilang dia grogi kalo ketemu kamu secara
langsung. Nah, karena aku jarang ketemu sama kamu, maka aku titipin aja surat
itu ke Bayu. ‘kan kalian satu kelas. Emang Bayu nggak cerita? Emang Jongky
nggak pernah nyebutin namanya di surat-suratnya?” Aries ganti keheranan. Kami berpandangan
silih berganti.
“Dia emang nggak pernah nyebutin namanya
di suratnya,” aku nyeletuk. Sonya melotot ke arahku.
“ah, tuh anak emang rada sableng sih.
Pantesan tiap kali nembak cewek nggak diterima, kurang setrategi sih,” Aries
menggerutu seraya menggaruk-garuk kulit kepalanya.
“Ya udah deh, aku duluan ya. Aku tadi
cuma dititipi pesen sama Jongky kalo ntar sore dia mau kerumahmu,” ucap Aries
lagi ke arah Sonya. Setelah itu dia mohon diri, dan menghampiri Lia yang
berdiri tak jauh dari tempat kami lalu menggandeng tangannya dan mereka pulang
bareng.
Astaga, ini bener-bener sulit dipercaya.
Jadi surat yang selama ini diterima Sonya, berasal dari Jongky??
Cowok yang gigi sama bibirnya monyong
lima centi! Berkulit gelap, agak gendut, pendek dan hobi banget ngebanggain
potongan rambutnya yang bergaya pemain sepak bola Italia ‘Balotelli’..
“Aih, aih, Sonyaaa!! Kenapa kamu tidur
di siniiii!!??” Olla berteriak. Kami menoleh. Dan ... jreeeng!! Sonya sudah
tergeletak lemah di tanah. Pingsan oei!
The End.
Selesai :
13/14 Desember 2001
Revisi : 19 Juni 2013

Tidak ada komentar:
Posting Komentar