Jumat, 23 Mei 2014

cerpen "Jadilah Pacarku (Lagi)" part 1



RSU. Dr. Sutomo, Surabaya
14.03.2012

Jadilah pacarku (lagi)....

            Aku baru saja akan mengganti baju seragamku dengan seragam olah raga ketika tiba-tiba Dinda menerobos begitu saja ke dalam kamar ganti. Aku menatapnya keheranan, begitu pula dengannya. Dia tidak ada  jam olahraga karena kelas kami beda. So, aku yang lebih pantas keheranan dengan kemunculannya!
“Kita bicara sebentar,” dia menarik lenganku lalu mengajakku ke pojok ruangan, menjauh dari anak-anak lainnya.
“Apaan sih, Din?” tanyaku.
Dinda, sahabatku sedari kecil itu menatapku penuh selidik.
“ada hal penting?”
“Ya, banget,” kata-kata Dinda tegas, meski setengah berbisik.
“apa itu benar, Va?”
“Apanya?”
“Kamu pacaran lagi sama Nino,”
“Eh!?” aku nyaris memekik.
“Kabar ini sudah menyebar ke seantero sekolah. Mereka udah tahu kalau kamu balikan lagi sama dia. Tapi, bagaimana mungkin kamu merahasiakan ini dariku,”
“Itu__”
Kata-kataku tertahan ketika peluit dari pak Agus, guru olah raga kami sudah melengking-melengking memanggil kami untuk segera berkumpul.
“Kita bahas ini nanti aja, oke,” aku beranjak. Mengganti seragamku lalu segera menghambur ke lapangan untuk bergabung dengan teman-teman lainnya.
Tapi, kata-kata Dinda tetap mengganggu konsentrasiku. Aku pacaran lagi sama Nino? Astaga, apa-apaan ini? Itu enggak bener sama sekali. Bagaimana mungkin aku pacaran lagi sama dia? Tapi, jika benar ada kabar seperti itu bukankah ___ I’m in danger!
“Va, awas!”
Dug! Aku memekik ketika bola itu menghantam jidatku hingga sempat membuatku terhuyung. Aku meringis sembari memegangi kepalaku. Well, aku sudah menduganya!

***

            Dinda menyodorkan es batu untuk mengompres keningku yang memar. “sakit?” tanyanya.
Aku melotot. “Menurutmu? Bola segede itu menghantam kepalaku, apa menurutmu tak sakit?” jawabku kesal. Dinda hanya nyengir. “Iya deh, sori. Jadi?”
“Jadi apanya?”
“Kamu beneran gak pacaran lagi sama Nino?”
Aku menggeleng.
“Jadi itu Cuma ___”
“Ya, semua itu Cuma gosip. Dan aku nggak tahu darimana datangnya,” potongku. Dinda manggut-manggut.
“Nggak peduli berita itu datang darimana. Yang jelas, nyaris semua siswa di sekolah ini sudah mendengarnya. Dan percayalah, mereka yakin kalau kau emang pacaran lagi sama Nino. Dan sepertinya, untuk beberapa hari ini kamu nggak akan bisa tidur dengan nyenyak,” Dinda kembali mengingatkan.
Aku menarik nafas panjang. Kusandarkan punggungku ke kursi kayu dengan perlahan.
Ya, sebelum aku bisa menemukan siapa penyebar gosip itu dan membuatnya mengatakan hal yang sebenarnya, aku takkan bisa tidur dengan nyenyak.
Ah, mau tak mau aku harus kembali mengingat memori-memori itu...
Dua tahun yang lalu ketika pertama kali masuk ke SMA ini perhatianku langsung tertuju padanya, Nino. Cowok jangkung bermata indah dengan senyum menawan. Ya, I love him at the first sight!
Dan seperti yang sudah kuduga, sosoknya yang nyaris sempurna benar-benar menjadi magnet bagi cewek-cewek di sekolah ini. Dia ganteng, pintar, berbakat, dan populer. Dan itu lebih dari cukup untuk membuat seabrek perempuan yang mau jungkir balik memperebutkan cintanya. Dari jajaran cewek-cewek papan atas, sampai anak penjual es dawet di depan sekolah kamipun ikut jatuh bangun untuk mendapatkan cintanya. Termasuk aku? Ah, tidak. Aku menyukainya, tapi aku tak bisa seagresif mereka. Yang ku lakukan hanyalah menatapnya dan mengaguminya, diam-diam…
Tapi, ternyata Tuhan berkehendak lain. Tiba-tiba saja Nino mendekatiku. Ia sering datang ke kelasku ketika jam istirahat hanya untuk menyapaku. Dan kamipun bersahabat. Ia sering meminta saran padaku tentang banyak hal. Ia bahkan sering mampir ke rumahku hanya untuk membawakanku bermacam-macam dvd jepang. Ia tahu bahwa aku adalah penggemar dorama jepang. Dan, akhirnya ia mengaku bahwa ia mencintaiku. Oh my God, aku seperti mendaptkan durian runtuh. Dan kamipun berpacaran. Tapi  6 bulan kemudian aku memutuskkanya. Tidak, bukan karena aku tak mencintainya.
Hanya saja, menjadi pacarnya seperti sebuah beban buatku. Cewek-cewek yang gagal mendapatkannya berbalik menyerangku. Aku semakin punya banyak antis. Banyak yang tidak suka aku berpacaran dengannya. Mereka bilang, Nino terlalu sempurna untukku. Sebenarnya aku juga tidak terlalu jelek sih. Tapi jika dibandingkan dengan cewek-cewek covergirl tersebut, aku terlihat sedikit biasa. Dan itu juga yang membuatku bertanya-tanya kenapa Nino lebih menyukaiku ketimbang mereka.
“jika aku menemukan orang yang menyebarkan gosip itu, akan ku jambak rambutnya!” gerutuku kesal.
“Akan ku bantu kau menghajarnya,” sahut Dinda. Kami berpandangan. Kedua mata kami seakan mengatakan: The war is begin!

bersambung.. 


Klik di sini : Jadilah pacarku (lagi) part 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar