“Astaga, kaki Ibu kenapa?” Bi Sumi nyaris
berteriak menyaksikan Karenina berjalan tertatih-tatih. “Tidak apa-apa, Bi.
Kakiku hanya sedikit terkilir,”
Bi Sumi membantu Karenina duduk.
“perlu saya panggilkan dokter?”
“Tidak perlu, bi. Besok pasti juga sudah membaik.
Alea sudah tidur?”
Bi Sumi mengangguk. “Maaf, bi. Aku tidak bermaksud
pulang terlambat seperti ini. Hanya saja, ada sedikit kesalahan teknis di sana.
Bibi pasti lelah menjaga Alea seharian,”
Bi Sumi menggeleng dan tersenyum. Ia mengambil
segelas air minum dan menyodorkannya pada Karenina.
“Ibu yakin tidak perlu memanggil dokter?”
Karenina kembali menggeleng. “Aku akan segera
baikan setelah mandi lalu menikmati teh hangat buatan bi Sumi,”
“Baik, bu. Akan saya buatkan,” bi Sumi beranjak.
Karenina sempat mengecup kening Alea yang tertidur
pulas sebelum melangkah ke kamar mandi.
Dan tepat seperti dugaannya. Ketika ia bangun
keesokan harinya, tubuhnya terasa lebih segar dan rasa sakit di pergelangan
kakinya sudah jauh berkurang.
***
Alex
mematung di depan kamar hotel, tempat Karenina menginap. Keraguan muncul di
benaknya antara mengetuk pintu, ataukah berbalik arah dan mengurungkan niatnya
untuk menemui Karenina. Ia memaki dalam hati. Ia pasti sudah gila! Menemui
seorang wanita yang sudah menikah di kamar hotelnya? Oh, otaknya pasti sudah
tidak waras! Tapi, bukankah mereka hanya teman? Dan, bukannkah ia hanya datang
untuk berkunjung? Setidaknya, ia benar-benar ingin memastikan bahwa luka di
pergelangan kaki Karenina sudah jauh membaik. Apakah ada peraturan yang
melarang ia melakukan itu?
Hati kecil Alex mulai berdebat. Dan berkali-kali
ia mendesah. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk melangkahkan kakinya menjauhi
kamar hotel tersebut.
Ia menghabiskan seharian waktunya dengan
berjalan-jalan di pantai dan dengan perasaan yang sedikit campur aduk tak
karuan. Berkali-kali ia mengecek phonselnya dengan harapan ada sebuah keajaiban
yang membuat Karenina menghubunginya. Dan berkali-kali pula ia merasa
begitu kecewa. Pemuda itu kembali menggerutu.
Astaga, ada apa dengannya? Ia baru saja mengharapkan Karenina – wanita yang telah menikah dan baru ia kenal beberapa hari –
menghubunginya??
Well, wanita itu memang cantik luar biasa. Tapi
bukankah selama ini ia sudah banyak mengenal wanita cantik? Anna juga cantik –
hanya saja tidak secantik Karenina.
Tetapi ia benar-benar merasakan energi yang
berbeda pada Karenina. Ia tak tahu harus bagaimana menerjemahkannya, yang
jelas, energi itu mampu membuat jantung Alex jungkir balik manakala memikirkan
wanita itu! Oke, ia pernah mengalami hal ini ketika pertama kali bertemu Anna.
Hanya saja, getaran yang ia rasakan sekarang jauh berbeda! jauh lebih kuat. Dan hal ini belum
pernah ia rasakan sebelumnya!
“Tante, apakah kau telah benar-benar
memantra-mantrai aku?” Ia mendesah pelan.
Pemuda itu baru saja hendak memasuki kamar
hotelnya ketika tiba-tiba phonselnya berdering. Sebuah nomor yang tak ia kenal.
Dengan sedikit malas ia menjawab telpon.
“halo__”
“halo, Al,”
Alex terkesiap. “tante?” ia nyaris berteriak
kegirangan. Suara dari seberang sana tertawa.
“Hebat, aku baru saja bilang halo kau sudah bisa
mengenaliku,”
Alex tertawa. Karena
aku baru saja memikirkanmu, tante.
“Ada apa, tante? Bagaimana kaki tante? Sudah
baikan?”
“Yup. Kakiku sudah jauh lebih baik. Sekarang, aku
bahkan sudah bisa jalan-jalan di pantai. Terima kasih banyak atas bantuanmu,”
“its okay. Memijit adalah salah satu keahlianku
yang tersembunyi,”
“Kalau kamu jadi tukang pijit, pasienmu pasti
a-be-ge semua,”
Alex kembali tertawa.
“Besok aku harus kembali ke Jakarta. Semoga kita
bisa ketemu lagi disana,” ucap Karenina lagi.
Alex terkesiap. “Kembali ke Jakarta? Secepat itu?”
“Diklat jurnalistikku sudah selesai. Jadi aku
berencana pulang besok,”
“Apakah tante tidak ingin menikmati liburan di
sini dulu?”
“Aku sudah terlau lama di sini. Dan sudah waktunya
untuk pulang,”
“Pulang? Bukankah suami tante baru akan kembali ke
Indonesia sekitar 3 minggu lagi,”
“Memang, lantas?”
“Tante pulang cepat untuk siapa?”
Karenina tak segera menjawab.
“tadinya ku pikir tante akan liburan di sini lebih
lama. Karena jika begitu, aku berencana mengajak tante mengunjungi beberapa tempat
yang menakjubkan di sini. Ada banyak pulau di sana yang aku yakin sekali tante
belum pernah melihatnya,”
“Pulau?”
“Ya. Gugusan pulau yang indah. Pantai yang
menakjubkan. Batu karang yang memesona. Aku sudah mengunjunginya beberapa kali
dan aku berencana mengunjunginya lagi,”
“Apa kau sedang menawari aku sesuatu, Al?’
Pertanyaan Karenina membuat Alex sedikit sulit
mencari jawaban.
“Ya, aku sedang menawari tante sebuah petualangan
seru,” jawabnya kemudian. Tak ada jawaban dari seberang sana. “Tante__?”
“Ya,”
“tante masih di pantai?”
“Hm__”
“Oke, aku akan kesana,” Alex menutup telpon dan beranjak
keluar menuju pantai. Setelah hampir 3 menit
berputar-putar, ia menemukan sesosok wanita anggun sedang duduk di kursi dekat
pantai sambil menggendong seorang balita mungil.
Karenina dan putrinya, Alea.
Alex menata nafasnya yang terengah-engah lalu
beranjak ke arah Karenina dan duduk di sampingnya.
“Nice
evening, right?” sapanya.
Karenina menoleh dan terkaget-kaget.
“astaga, Al? Bagaimana kau bisa sampai di sini
secepat ini?”
Alex tersenyum menggoda. “Tante harus tahu bahwa
aku punya banyak keahlian, selain memijit tentunya,”
Karenina tertawa.
“Jadi, bagaimana? Aku sedang menawarkan diri untuk
jadi guide tante. Itupun kalau tante tak keberatan,”
Karenina tak menjawab. Ia terlihat sedang
memikirkan sesuatu.
“Aku suka sekali dengan alam. Banyak hal yang bisa
ku pelajari dari sana. Aku suka swimming, diving, surfing, snorkling, hiking,
climbing, everything. Itu adalah sebuah pengalaman yang luar biasa untukku. Dan yang paling ku suka adalah __ menikmati
sunset dari atas bukit, di sebuah pulau eksotis, dengan hamparan pasir putih
dan pantai yang berombak tenang. It’s so beautiful. Bagaimana dengan tante?”
Karenina tak segera menjawab. “Kelihatannya itu
menyenangkan sekali,” “Jadi__?”
“Entahlah, Al. Aku hanya___”
“Ku harap tante tidak salah paham. Aku tidak
bermaksud kurang ajar pada tante dengan mengajak tante pergi bersama-sama. Aku
hanya merasa bahwa kita adalah sahabat yang punya hobi yang sama,itu saja,”
Mendengar ucapan Alex, Karenina tertawa.
“Apa kau pikir aku akan salah paham hanya karena
seorang bocah ingusan mengajakku pergi bersama? Haha, tidak,” jawabnya.
“Sejujurnya aku benar-benar berniat pulang besok
pagi. Tapi, entahlah. Sepertinya aku harus memikirkan sesuatu dulu,” ujarnya
lagi.
Alex tersenyum dan manggut-manggut. “Oke, kabari
aku kalau tante berniat pergi bersamaku,”
Karenina mengangguk.
***
Karenina
mematung di depan jendela kamar hotelnya. Pikirannya menerawang pada tawaran
Alex tadi sore. Pergi ke pulau-pulau eksotis dan tempat-tempat yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya? Sungguh tawaran
yang menggiurkan. Jiwa petualangnya seakan bangkit. Ia ingin pergi! Ia ingin
menaiki bukit karang dan menyaksikan matahari terbenam dari sana. Ia ingin
menaiki perahu lalu pergi ke pulau terpencil. Ia juga ingin menjelajah hutan
bakau, hutan rawa, bahkan hutan belantara sekalipun. Ia juga ingin berenang
sepuasnya di pantai sampai kulitnya menghitam tersengat matahari. Tapi, bisakah
ia melakukannya?
“Sudah malam, bu. Kenapa belum tidur?” suara bi
Sumi membuyarakan lamunannya.
“Aku belum bisa tidur, bi,” Karenina beranjak ke
sisi tempat tidur Alea. Ia membelai rambut putrinya dengan lembut.
“Bi, seandainya kita menunda kepulangan kita ke
Jakarta, apakah bibi keberatan?”
Bi Sumi mengernyitkan dahinya. “ada apa, bu?
Apakah ada masalah? Bukankah pelatihannya sudah selesai?”
Karenina terdiam sesaat.
“Tiba-tiba saja aku ingin menghabiskan liburan di
sini lebih lama sebelum bapak kembali dari Amerika. Apakah bibi keberatan kalau
tinggal di sini lebih lama? Mungkin sekitar 2 minggu lagi,”
“tidak, bu. Saya ikut saja, yang penting ibu
merasa gembira. Lagipula, sepertinya Alea juga betah sekali di sini karena dia
bisa main-main di pantai,”
Karenina tersenyum.
“Ya, aku juga berpikir kalau dia begitu menyukai
pantai,” jawabnya.
***
Alex sedang menikmati secangkir kopi
ketika hp-nya berbunyi dan sebuah pesan baru bertambah di kotak masuk.
Kapan
kita bisa mulai?
Sebuah pesan singkat dari Karenina.
Mata Alex berbinar membaca tulisan tersebut. Ia
nyaris saja bersorak kegirangan.
tante
ingin mulai darimana? Balasnya
kemudian.
The
greatest sunset from the top of mountain. Seperti ketika aku hendak
menyelamatkanmu dari usaha ‘bunuh diri’ konyolmu.
Alex tertawa membaca tulisan tersebut.
Oke, I’ll
show you..
Dan, mulailah Karenina memulai petualangannya.
Mengunjungi tempat-tempat eksotis yang belum pernah ia lakukan sebelumnya,
bersama Alex. Tak jarang pula ia mengajak Bi Sumi dan Alea jika keadaan memungkinkan
dan mereka bepergian ke tempat-tempat yang mudah dijangkau, agar tidak
membahayakan Alea. Sungguh pengalaman yang luar biasa menyenangkan baginya.
Kakinya terasa sakit karena terlalu banyak menaiki dan menuruni bukit.
Kulitnyapun mulai sedikit menghitam karena terlalu banyak bermain-main dan
berenang di pantai. Tapi, ia tak perduli. sama sekali tak peduli, karena ia merasa __ bahagia!
“Wah, pantai di sini ternyata lebih indah dari
pantai yang kita kunjungi kemarin. Aku ingin berenang!”
Alex belum sempat mengatakan sesuatu ketika
Karenina sudah melompat dari perahu, berlari menjauhi bibir pantai, meletakkan
tas ranselnya di atas pasir putih, kemudian melepaskan bajunya hingga tinggal
celana pendek dan tank top berwarna putih.
“Kedalaman pantai di sini berbeda dari pantai yang
kemarin kita datangai. Jadi, berhati-hatilah tante,”
Karenina mengacungkan ibu jarinya pertanda bahwa
ia mengerti dengan instruksi Alex. Sekian detik kemudian ia sudah berada di
dalam air dengan penuh tawa.
“Kau tidak ingin ikut berenang di cuaca secerah
ini?” teriak Karenina.
“Tidak, terima kasih,” Jawab Alex. Ia lebih suka
berdiri di bibir pantai sambil memainkan kamera digitalnya. Dan sesekali
menatap Karenina yang tengah asyik bermain air
seperti layaknya anak kecil. Beberapa kali ia tersenyum sendiri.
Ketakutan mulai menghinggapi dirinya ketika
Karenina semakin menjauhi bibir pantai. Dan sekian detik kemudian, tubuhnya tak
muncul ke permukaan.
Alex tersentak. “Ya Tuhan,” ia melemparkan tas
ransel dan kamera digital di tangannya, lalu berlari sekuat tenaga dan
menceburkan dirinya ke laut.
***
Alex
menatap Karenina dengan kesal. Perempuan itu tergelak. Ia menepuk-nepuk pundak
Alex. “Maaf, it was kidding. Jangan marah, please,” ucapnya. Ia kembali
tertawa.
“Ini tidak lucu, tante. Tante nyaris saja
membuatku terkena serangan jantung! Aku kira tante benar-benar tenggelam,” Alex
beranjak. Karenina mengekor.
“iya, iya, aku minta maaf. Kalau aku tidak
pura-pura tenggelam, kau tidak akan mau ku ajak berenang,”
Alex tak menggubris hingga membuat Karenina
menghadang langkahnya.
“Al, please. Aku minta maaf. Aku janji, ini akan
jadi yang pertama dan yang terakhir kalinya,”
Alex menatap Karenina dengan kesal. “tante janji?”
Karenina mengangguk. “aku janji. Percayalah, aku
adalah perenang yang handal dan aku takkan melakukannya lagi,”
Alex mendesah.
“Tante benar-benar membuatku takut. Sekarang
bagaimana? Bajuku basah dan aku tak membawa baju ganti,”
Karenina tertawa.
“Jadi itu masalahnya? Astaga, kamu seperti anak
mama saja. Kau ‘kan bisa melepaskan bajumu lalu menjemurnya. Paling dijemur 10
menit juga kering,”
Alex mendelik. “Melepaskan baju-bajuku?”
Karenina kembali mengangguk.
“Kenapa? Malu? Apa ini pertama kalinya kau
telanjang di depan wanita?”
“Tentu saja tidak. Apa tante pikir aku masih anak
es-em-a,”
“Ya sudah. Lepaskan dan jemur di dahan pohon.
Beres ‘kan?” Karenina beranjak.
“Tante mau kemana?”
“Berenang,”
“Lagi?”
“Apa kau akan memintaku disini untuk membantu melepas
dan menjemur bajumu?” Karenina tersenyum menggoda. Alex hanya melotot kesal.
“Tidak,” jawabnya kemudian.
***
Karenina
mengibaskan rambutnya yang panjang sambil melangkahkan kakinya mendekati Alex
yang tengah duduk di bawah pohon dengan hanya mengenakan celana pendek. Bajunya
yang basah ia jemur di dahan pohon, seperti saran Karenina.
Sesaat, Alex sempat merasakan dadanya kembali
bergemuruh ketika menyaksikan pemandangan yang ada di depannya. Hatinya
merutuk! Astaga, mantera apa yang digunakan perempuan ini? Kenapa ia selau
terlihat luar biasa cantik!?
“Sudah kering ‘kan?” pertanyaan Karenina membuyarkan
lamunan Alex. Ia menengadah, menatap baju-bajunya yang ada di dahan pohon.
“Lumayan. Apa tante juga ingin melepaskan baju
tante lalu ikut menjemurnya di dahan pohon?” Alex balas menggoda Karenina.
Perempuan itu tertawa. “Apa kau berharap aku melakukannya? Maaf, tapi aku akan
mengecewakanmu,”
“Tante bisa masuk angin kalau pulang dengan baju
basah seperti itu,”
“Kemarin-kemarin aku juga begini ‘kan? Dan, aku
baik-baik saja. I’m okay with this,” Karenina duduk di dekat Alex.
“Wah, pantai ini benar-benar luar biasa
mengagumkan,” gumamnya. Matanya yang bening menatap laut lepas dengan tatapan
berbinar-binar. Sebuah senyum kepuasan tersungging di bibirnya yang mungil.
Alex menatap perempuan di sampingnya dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan
seksama. Dan ia baru menyadari bahwa tungkai kaki perempuan itu dipenuhi luka lecet.
“Astaga, kaki tante terluka?” tanpa sadar Alex
menyentuh luka-luka tersebut dengan lembut. Karenina menatap sekilas,
membiarkan Alex menyentuh luka-luka di kakinya.
“Hanya luka kecil, tak masalah,” ujarnya.
“Ini pasti terasa sakit ketika digunakan berenang.
Kita harus segera kembali ke hotel untuk mengobatinya,”
Karenina mencegah Alex berdiri.
“Tidak usah terburu-buru. Aku baik-baik saja.
Percayalah,”
“Tante__,”
“Please, Al. Aku belum ingin kembali ke hotel.
Biarkan aku di sini sebentar lagi, ok?”
Rengekan Karenina membuat Alex tak punya pilihan.
Ia kembali duduk dan membiarkan Karenina kembali menikmati pemandangan laut
lepas dengan sepasang mata indahnya.
“Apakah tante begitu menyukai laut dan pantai?”
“ya, aku suka semuanya. I love nature, I love
adventure. Ini betul-betul luar biasa bagiku,”
Kedua bola mata Karenina yang berbinar-binar ceria
membuat Alex takjub dan terpesona.
“Wah, pasti tante sudah mengunjungi banyak tempat.
Aku pasti kalah pengalaman,”
Karenina menggeleng. “ini yang pertama kalinya
bagiku,”
Alex tersentak. “What?” ia nyaris berteriak. “Ini
yang pertama kalinya? Astaga, harusnya aku tidak membawa tante ke tempat ini!
Ini berbahaya bagi tante,”
“tidak, terima kasih kau telah menunjukkan padaku
betapa indahnya dunia ini. Andai saja aku tidak bertemu dan berteman denganmu,
aku pasti tidak akan mengalami hal-hal menakjubkan seperti ini. Ini betul-betul
____ my greatest adventure!” Karenina
nyaris berteriak kegirangan. Alex tertawa.
“apa suami tante terlalu sibuk untuk mengajak
tante pergi ke tempat-tempat seperti ini?”
Karenina tak segera menjawab.
“suamiku pasti tidak akan mengijinkanku pergi ke
tempat-tempat seperti ini. Dia tidak menyukainya,”
“suami tante bukan tipe petualang rupanya.”
Karenina manggut-manggut.
“sudah berapa tahun tante menikah?” Alex
memberanikan diri untuk menanyakan kembali tentang kehidupan pribadi Karenina.
“sekitar 3 tahun?”
“dan Alea?”
“dia putri pertamaku. Dulu kami sepakat untuk
menunda punya momongan karena kami sama-sama belum siap,”
“dia masih bekerja di Amerika,”
Karenina mengangguk.
“suamiku punya sebuah perusahaan di sana. Semua
keluarganya ada di sana,”
“kenapa tante tidak ikut ke sana kalau semua keluarga
suami tante ada di sana?”
Karenina tak segera menjawab.
“aku lebih suka tinggal di sini,” jawabnya
kemudian.
“dan tante bertemu dengan suami tante 1 bulan
sekali?”
“tidak juga. Kadang dia kesini 2 atau 3 minggu
sekali. Tergantung kesibukan. Tidakkah kau merasa aku menjalani kehidupan yang
rumit?”
“rumit? Karena jarak? Tidak juga. Banyak juga
orang yang menjalani kehidupan seperti tante. Aku juga punya saudara yang
seperti itu. Dan nyatanya, mereka baik-baik saja sampai sekarang,”
Karenina terdiam.
“lantas, selama ini tante melakukan apa?”
Perempuan itu mengernyitkan dahinya. “maksudmu?”
ia menatap Alex keheranan.
“well, suami tante melarang tante bekerja. Dia
juga melarang tante melakukan hal-hal
yang tante sukai, seperti ini misalnya, lantas, apa saja yang tante lakukan
selama ini?”
“banyak juga. Mengurus rumah, bersih-bersih,
berkebun, menanam bunga, shopping ke Mall, ke salon, liburan, jalan-jalan __ asal tidak ke tempat-tempat berbahaya seperti
ini, setidaknya itu yang dipikirkan
suamiku, tapi tidak menurutku.. Dan yang paling
sering ku lakukan adalah membaca. Kau tahu, aku punya ratusan atau mungkin
ribuan novel di rumahku. Sebagaian adalah novel-novel tentang petualangan.
Itulah mengapa, aku begitu menyukai liburan ini. Dan, tentu saja, aku juga
menulis beberapa novel,’
“tante juga sudah mulai menulis novel?”
Ia mengangguk.
“tentunya tanpa sepengetahuan suamiku. Karena itu,
aku tidak pernah mengirimkannya ke penerbit ataupun ke media. Suamiku pasti
akan marah besar kalau ia mengetahuinya,”
Karenina tertawa. Kedua mata beningnya kembali
berbinar-binar ceria.
Dan, Alex merasa begitu lega setelah beberapa saat
yang lalu ia sempat merasa kehilangan binar tersebut. Ia beranjak.
“ah, tiba-tiba aku ingin berenang,” ujarnya.
“benarkah?” Karenina berdiri. Alex mengangguk.
“ok, ayo kita berenang lagi,”
Belum sempat Alex berkata-kata, Karenina sudah
berlari dan menceburkan dirinya ke air.
***
bersambung
***
bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar