Minggu, 25 Mei 2014

cerpen "jadilah pacarku (lagi)" part 2



Aku merasakan aura tak sehat ketika  memasuki kantin. Hal yang sama juga kurasakan ketika aku memasuki ruang perpustakaan, atau bahkan ruang kelasku sendiri. Aku melihat tatapan sinis dan tajam dari cewek-cewek yang nota bene adalah penggemar Nino.
Mereka seakan ingin menelanku hidup-hidup. Ini sama persis seperti yang terjadi 2 tahun yang lalu. Situasi inilah yang membuatku terpaksa memutuskan Nino! Bukan karena nyaliku ciut hingga tak berani untuk berhadapan dengan mereka. Hanya saja, aku malas ribut. Itu saja! Suerr...
“ Gosip sialan itu benar-benar membuatku hidupku tidak tenang,” desahku kesal. Akhirnya, aku memutar badanku lalu meinggalkan tempat tersevbut tanpa membeli apapun.
Ketika sampai di lorong kelas, aku berpapasan dengannya, Nino. Seperti biasa, cowok ganteng itu tersenyum ramah padaku. Well, kami memang mantan pacar. Tapi kami masih saling bertegur sapa, seperti layaknya teman biasa.
“Mm, bisa bicara sebentar?” aku memberanikan utnuk menghentikan langkahnya. Nino menghentikan langkahnya lalu menatapku keheranan.
Ya, soal apa?”
“Kau sudah dengar soal gosip itu ‘kan? Aku ___”
“Oh, kabar bahwa kita kembali berpacaran? Ah, sudahlah. Abaikan saja, jangan terlalu dipikirin. Gosip seperti itu pasti akan hilang dalam beberapa hari,” Kalimat Nino terdengar berwibawa – seperti biasanya – hingga membuat hatiku tenang. Ia tersenyum hangat padaku seolah ingin meyakinkan aku bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan.
“Oke deh, kalo gitu ____” aku terkesiap ketika sosoknya yang jangkung tiba-tiba telah berada di depanku dalam hitungan detik.
“Keningmu kenapa, Va?” Ia menatap memar di keningku dengan seksama.
“Ow, ini, aku kurang hati-hati ketika mengikuti pelajaran olahraga. Dan, inilah hasilnya,”
Aku mundur beberapa langkah ketika Nino mengulurkan tangannya dan berniat menyentuh keningku.
“It’s okay. I’m fine,” jawabku gelagapan. Tidak, aku takkan membiarkannnya menyentuhku! Sedikit saja kontak fisik dengannya akan berakibat fatal karena itu seolah membenarkan bahwa kami kembali berpacaran.
“Aku duluan ya, bye,” tanpa menunggu komando, aku ngacir meninggalkan Nino.

***

            Byuuurrrr!! Aku menjerit kaget ketika ember berisi air itu menimpa diriku hingga membuat tubuhku basah kuyup. Menaruh ember berisi air di atas pintu kamar mandi? Itu jebakan kuno! Tapi, tetap saja aku kena!
“Bagaimana, Va? Seger airnya?” Selvi, model sekaligus cewek paling populer di sekolah kami, muncul dari balik pintu kamar mandi yang lain, diikuti dua rekannya.
“Apa-apaan ini?” tanyaku kesal.
“Itu balasan karena kamu kembali pacaran sama Nino. Mungkin aku memang gagal mendapatkan cintanya. Tapi setidaknya aku sudah merasa puas karena telah memberimu pelajaran,” jawab Selvi.
Aku melotot.
“sampai kapan kalian akan bertingkah kekanak-kanakan seperti ini?” teriakku.
Selvi mengangkat bahu.
“Entahlah, tapi bagaimanapun juga selamat deh karena kamu berhasil kembali ke sisinya,”
Cewek berambut panjang itu berlalu begitu saja diikuti dua rekannya. Aku hanya melongo heran bercampur kesal. “Dasar penggosip sialan! Jika aku menemukanmu, akan ku jambak rambutmu,” gerutuku.

***

            Dinda menatap diriku yang basah kuyup dengan tatapan penuh tanda tanya. “cuaca di luar emang mendung, tapi hujan ‘kan belum turun. Kenapa tubuhmu basah kuyup begini? Habis kecemplung darimana, Va?” tanyanya. Aku mendesah kesal. “gak penting untuk dibahas. Kamu ada pelajaran olah raga ‘kan? Tolong pinjami aku baju olah ragamu. Aku tak bisa mengenakan baju basah kayak gini. Bisa-bisa aku masuk angin,” jawabku.
Dinda manggut-manggut. Tanpa komando ia beranjak ke kelasnya dan tak lama kemudian ia kembali ke ruang UKS membawa baju olah raga yang kumaksudkan.
“Setelah ini,aku ingin di sini dulu sejenak. Bangunkan aku jika aku ketiduran,” ujarku pada.
“Are you okay?” Dinda mengulurkan tangannya dan menyentuh keningku.
“Astaga, kamu demam?”
“It’s okay. Hanya sedikit kurang enak badan. Mungkin aku terlalu stres beberapa hari ini,” jawabku.
Dinda beranjak menuju kotak obat dan mengambilkan sebutir obat demam.
“minumlah obatnya dan istirahatlah di sini. Ntar akan kubangunkan kalo kau ketiduran,”
Aku hanya mengangguk pelan mendengar instruksi Dinda. 


bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar